KERJA VS KULIAH (SMA/SMK VS SARJANA) EDISI ZAMAN SEKARANG



Saya tergelitik dengan status teman saya mengenai demo tuntutan kenaikan gaji buruh menjadi 3 juta-an. Ia mengkritik bahwa lulusan S1 di daerah tertentu seringkali hanya digaji 3 juta-an. Saya berhipotesis tidak tepat bagi mahasiswa S1 yang berkuliah karena ingin mencari pekerjaan. Di artikel ini, saya ingin melakukan pembuktian hipotesis dan mengajak pembaca memahami mengapa harus berkuliah S1.
Kondisi Angkatan Kerja
Lulusan SMA/SMK, umumnya menjadi parameter penentuan upah minimum, di Indonesia mencapai lebih dari 1,5 juta pelajar di tahun 2013 (data: antaranews.com). Sementara calon lulusan sarjana di tahun 2012 sekitar 750.000 mahasiswa (data: antaranews.com). Lulusan sarjana memiliki tingkat pengangguran sebesar 5,04% dari seluruh angkatan kerja, sementara SMA/SMK sebesar 9,6% (data: liputan6.com). Total pengangguran di Indonesia diperkirakan 7,17 juta atau sekitar 5,92% dari total angkatan kerja (data:republika.co.id).
Untuk memahami apa yang terjadi dengan data-data yang terdapat di atas, mari kita sedikit bermain matematika.
Pertanyaan pertama: Berapa persen lulusan sarjana yang bekerja?
Menurut data, terdapat perkiraan 750 ribu lulusan sarjana/tahun di Indonesia. Kemudian terdapat 5,04% lulusan sarjana/tahun yang menjadi pengangguran dari 7,17 juta total pengangguran. Data ini berarti:
5,14% x 7,17 juta = 368.538 lulusan sarjana pengangguran/tahun.
Hasil perhitungan ini menyatakan daya serap lulusan sarjana sebesar 49,14% per tahun.
Pertanyaan kedua: Berapa banyak lulusan SMA/SMK yang bekerja?
Menurut data lulusan SMA/SMK di Indonesia berjumlah 1,5 juta pelajar setiap tahunnya. Kemudian terdapat 9,6% lulusan SMA/SMK per tahun yang menjadi pengangguran dari 7,17 juta total pengangguran. Data ini berarti:
9,6% x 7,17 juta = 656.772 lulusan SMA/SMK per tahun.
Hasil perhitungan ini menyatakan daya serap lulusan lulusan SMA/SMK sebesar 56,22% per tahun.
Jadi dengan kondisi seperti ini, jelas lulusan SMA/SMK lebih berpeluang mendapatkan kerja dibandingkan lulusan sarjana.
Return on Investment (ROI)
ROI merupakan imbal hasil yang diperoleh setelah berinvestasi. Anggap penjual nasi goreng butuh modal 5.000 rupiah untuk 1 porsi nasi goreng seharga 8.000 rupiah. ROI nasi goreng berarti (8.000 – 5.000)/5.000 atau 60%. Kali ini, saya menghitung ROI lulusan SMA/SMK dan lulusan sarjana dengan tingkat penggunaan uang yang sama. Saya mengabaikan asumsi spekulatif seperti gaya hidup hemat, bonus, pajak, tunjangan, jam kerja yang lebih santai, atau asumsi spekulatif lainnya. Saya hanya menghitung nilai yang diperoleh. Jika anda berhemat, tentu akan lebih baik bukan?
ROI dapat digunakan untuk membandingkan tingkat keuntungan pekerja lulusan SMA/SMK dengan lulusan sarjana. Dengan menggunakan asumsi untuk nilai-nilai tertentu, saya dapat menghitung ROI untuk masing-masing lulusan di Indonesia.
Asumsi pertama adalah waktu. Saya menggunakan frame waktu 10 tahun karena asumsi perkuliahan sarjana 4 tahun dan masa pencarian kerja 1 tahun. Lulusan sarjana diharapkan mengembalikan uang kuliah dalam waktu setara dengan waktu kuliah. Jadi asumsi total waktu adalah 5 x 2 = 10 tahun.
Asumsi berikutnya adalah upah. Upah minimum tertinggi berada di provinsi Jakarta sebesar 2,2 juta rupiah/bulan. Upah minimum terendah berada di provinsi Jawa Tengah sebesar 830 ribu rupiah/bulan. Tinggi rendahnya upah minimum bergantung pada kebutuhan hidup di masing-masing wilayah. Artinya, biaya hidup di masing-masing wilayah juga tidak akan berbeda jauh. Begitu juga dengan biaya kuliah. Untuk memudahkan asumsi upah minimum lulusan SMA/SMK, saya menggunakan nilai tengah sebesar 1,5 juta rupiah/bulan. Lalu bagaimana dengan asumsi gaji lulusan S1? Gaji lulusan S1 bervariasi antara 2 juta/bulan hingga 50 juta/bulan dengan persebaran seperti kurva minus eksponensial (-e). Artinya kemungkinan mayoritas berada di kisaran gaji 3 – 8 juta per bulan. Saya tidak mempunyai bukti empiris atas hipotesis ini. Mungkin ada yang tertarik membuktikan? Tapi percayalah, coba tanyakan saja kepada teman-teman anda lulusan sarjana. Biar lebih optimis, saya gunakan asumsi gaji lulusan sarjana sebesar8 juta rupiah per bulan.
Jadi asumsi sementara yang saya gunakan adalah:
Gaji lulusan SMA/SMK = 1,5 juta/bulanGaji lulusan sarjana = 8 juta/bulanSepertinya menyenangkan ya jadi sarjana? Tunggu hingga hasil pembuktian berikut.
Asumsi berikutnya adalah pengeluaran. Saya menggunakan asumsi pengeluaran per bulan sebesar 70% x gaji. Bagaimana jika lulusan sarjana selama menempuh masa kuliah? saya mengalokasikan biaya hidup selama 5 tahun pertama sebesar 1,5 juta rupiah per bulan, atau 18 juta rupiah per tahun. Lulusan sarjana juga harus menambahkan biaya persiapan sebesar 18 juta rupiah di tahun pertama untuk mengantisipasi harga kebutuhan-kebutuhan yang cenderung lebih mahal, uang pembangunan kampus, dan kebutuhan tak terduga lainnya. Selain itu, saya mengasumsikan kenaikan gaji 10% per tahun untuk masing-masing lulusan.
Asumsi berikutnya adalah modal. Bagi lulusan SMA/SMK, asumsi modal yang saya gunakan adalah 30 juta rupiah di tahun pertama sebagai uang persiapan pengeluaran tak terduga seperti pindah rumah, sogokan (jika ada), delay pengangkatan kerja, pemotongan gaji karena belum diangkat jadi pegawai resmi, dll. Bagi lulusan sarjana, asumsi modal yang saya gunakan adalah 20 juta rupiah per tahun untuk biaya kuliah selama 4 tahun. Total modal lulusan sarjana sebesar 80 juta.
Jadi, untuk membandingkan lulusan SMA/SMK dengan lulusan sarjana, kita harus menggunakan matematika dengan hasil sebagai berikut.
1. Perbandingan Pendapatan.
Pendapatan SMA vs Sarjana
Selama 5 tahun pertama, lulusan sarjana belum mendapatkan pekerjaan karena harus kuliah ditambah mencari kerja. Meskipun begitu, lulusan sarjana mendapatkan gaji hampir 4 kali lipat dari lulusan SMA/SMK setelah bekerja.
2. Perbandingan Pengeluaran.
Pengeluaran SMA vs Sarjana
Sebagaimana terlihat diatas, pengeluaran lulusan sarjana selalu lebih besar kecuali tahun kelima. Sepertinya tingkat pengeluaran lulusan SMA/SMK menjadi lebih besar seiring dengan meningkatnya gaji mereka. Setelah itu, dengan tingkat pengeluaran yang sama, lulusan sarjana memiliki pengeluaran yang jauh lebih besar dibanding lulusan SMA/SMK.
3. Perbandingan Arus Kas.
Perbandingan Arus Kas SMA vs Sarjana
Bagaimana dengan uang yang diperoleh masing-masing lulusan? Selama 5 tahun pertama, lulusan sarjana belum memperoleh pendapatan sehingga membuat arus kas selalu negatif. Sementara lulusan SMA/SMK selalu memperoleh arus kas positif selama 10 tahun berturut-turut.
4. Perbandingan Total Arus Kas
3 Data diatas dapat menjawab siapa yang lebih untung, apakah lulusan SMA/SMK atau lulusan sarjana? Dengan mengakumulasikan arus kas masing-masing selama 10 tahun, berikut hasil perhitungan yang saya peroleh.
Total Arus Kas SMA vs Sarjana
Lulusan SMA/SMK mengumpulkan lebih dari 85 juta rupiah selama 10 tahun, sementara lulusan sarjana berada di kisaran 67 juta-an rupiah selama 10 tahun. Hasil ini sebenarnya sudah membuktikan lulusan SMA/SMK lebih tepat untuk melamar kerja dibandingkan lulusan sarjana. Namun karena kita akan membandingkan ROI, hasil ini belum cukup.
5. Perbandingan ROI.
Perhitungan ROI melibatkan modal yang dikeluarkan masing-masing lulusan. Sesuai asumsi modal yang saya jelaskan di bagian sebelumnya, modal yang diinvestasikan lulusan SMA/SMK adalah sebesar 30 juta rupiah. Sementara untuk lulusan sarjana, saya mengasumsikan biaya kuliah sebagai modal diinvestasikan. Sehingga, modal yang diinvestasikan lulusan sarjana adalah sebesar 80 juta rupiah.
Perhitungan ROI dapat dilakukan dengan cara:
ROI = (Total arus kas – Modal)/Modal
Dengan menggunakan metode perhitungan ROI diatas, perbandingan ROI yang diperoleh masing-masing lulusan dapat dilihat pada gambar dibawah.
Perbandingan ROI SMA vs Sarjana
Sebagaimana terlihat pada gambar, ROI lulusan SMA/SMK adalah sebesar 187%. Sementara lulusan sarjana sebesar -15%. Artinya, modal yang dikeluarkan untuk berkuliah pun belum kembali setelah bekerja selama 5 tahun dengan gaji 8 juta dan tingkat pengeluaran 70% per bulan. Hasil ini menguatkan argumen saya bahwa tidaklah tepat berkuliah dengan tujuan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Karena ternyata lulusan SMA/SMK malah mendapatkan hasil yang lebih baik dalam durasi dan tingkat pengeluaran yang sama.
Lalu Apa yang Salah?
Anda masih bersikeras bahwa hasil yang diperoleh dari kuliah harusnya lebih besar dibandingkan tidak berkuliah? Saya akan memberi hipotesis mengapa hal ini bisa terjadi.
  1. Industri lebih membutuhkan pekerja lulusan SMA/SMK.
    Terdapat 56,22% lulusan SMA/SMK per tahun mendapatkan pekerjaan. Artinya, jika SMA/SMK anda berada di atas rata-rata SMA/SMK di Indonesia dan anda minimal ranking 15 dari 30 siswa, anda berpeluang mendapatkan pekerjaan. Sementara 49,14% lulusan S1 yang mendapatkan pekerjaan di tahun berikutnya. Bagaimana dengan lulusan perguruan tinggi ikatan dinas dan penerima beasiswa ikatan dinas? Artinya angka 49,14% bukanlah angka sebenarnya. Lebih tepatnya lulusan SMA/SMK lebih banyak dibutuhkan dibanding lulusan sarjana.
  2. Biaya kuliah tidak proporsional.
    Perhitungan biaya kuliah yang saya gunakan mengacu pada perguruan tinggi negeri almamater saya untuk tahun akademis 2013/2014 sebesar 10 juta rupiah per semester. Perkuliahan 4 tahun memakan total biaya 80 juta rupiah per sarjana. Saya tidak mengatakan biaya kuliah mahal, melainkan tidak proporsional. Mestinya lulusan sarjana mampu melunasi biaya kuliah melalui tabungan kerja selama 5 tahun atau 60 bulan. Artinya, jika lulusan sarjana mampu menyisihkan 30% dari pendapatan sebagai tabungan untuk melunasi biaya kuliah, ia harus bergaji minimal Rp3,5 juta per bulan termasuk pajak. Angka ini belum terhitung inflasi karena pelunasan tentu dilakukan setelah bekerja.
    Jika terhitung dengan inflasi, idealnya seorang mahasiswa harus mendapatkan pekerjaan dengan gaji minimal 4,2 juta per bulan termasuk pajak. Oia, ini belum termasuk biaya lain-lain seperti ingin menikah, beli rumah, beli mobil, beli gadget2 terbaru, dll. Menurut perhitungan saya, idealnya biaya berkuliah S1 sebaiknya berada di kisaran 4-5 juta rupiah per semester sehingga lulusan S1 dapat melunasi biaya kuliah setelah bekerja 5 tahun.
  3. Durasi waktu kuliah terlalu lama.
    Permasalahan lainnya adalah durasi kuliah 4 tahun. Hal ini membuat mahasiswa tidak memperoleh pendapatan selama periode tersebut. Pemercepatan durasi kuliah menjadi 3 tahun tentu akan jadi lebih baik mengingat terdapat beberapa jurusan pendidikan sarjana yang dapat menempuh pendidikan dalam durasi 3 tahun.
  4. Mahasiswa mestinya mencari pendapatan tambahan.
    Daripada mengeluh biaya kuliah mahal dan uang bulanan tidak cukup, lebih baik mahasiswa mencari pendapatan tambahan. Pekerjaan tambahan membantu menambah pendapatan sekaligus meningkatkan tabungan persiapan jika menganggur lebih dari 1 tahun. Tapi bersiaplah dengan resiko berkurangnya waktu luang anda yang dapat memicu stress, menurunnya IP, lulus lebih lama, atau bahkan DO.
Lalu Apa Manfaat Pendidikan Sarjana?
Sebagaimana yang saya sampaikan, tidaklah tepat berkuliah dengan tujuan mendapatkan pekerjaan. Selain karena persaingan semakin berat, imbal balik yang diperoleh tidak lebih baik dibandingkan lulusan SMA/SMK. Menurut saya, banyak manfaat kuliah yang membuat anda mendapat keuntungan jauh lebih besar dibanding yang tidak kuliah seperti:
  1. Investasi jangka panjang.
    Hal ini bisa jadi benar. Jika perhitungan dilanjutkan 5 tahun, ROI lulusan sarjana akan sama/lebih baik dibanding ROI lulusan SMA/SMK. Jika diperpanjang 10 tahun, jelas ROI lulusan sarjana lebih baik. Tapi dengan asumsi anda terus bekerja selama 10 – 15 tahun ke depan, kalau tidak di-PHK.
  2. Keuntungan tak terduga.
    Ya, lulusan sarjana bisa mendapatkan gaji 15-50 juta rupiah/bulan tapi dengan persaingan yang lebih ketat. Selain itu lulusan sarjana bisa berusaha mendapatkan proyek dengan kompensasi minimal 5 juta per proyek. Bisa melalui dosen, atau bekerja di perusahaan konsultan. Tapi jangan terlalu berharap, proyek ga selalu ada dan lulusan sarjana ga selalu dibutuhkan.
  3. Ilmu
    “Jawaban klise masbro!” Benar. Tetapi jawaban klise adalah manfaat paling jelas dari kuliah. Ilmu dapat memberikan benefit di suatu waktu nanti (entah kapan). Bisa saja segera, tapi seringkali butuh waktu.
  4. Jaringan pertemanan
    “Lagi-lagi jawaban klise masbro!” Lagi-lagi benar. Tapi menurut saya mayoritas orang yang berkuliah telah mendapatkan benefit dari jaringan pertemanan selama di kampus.
  5. Waktu
    “Masbro ini becanda!” Selama berkuliah, maksimum waktu anda tersita 30 jam/minggu untuk kuliah tatap muka (termasuk praktikum), rata-rata 24 jam/minggu. Bandingkan dengan pelajar SMA yang bersekolah rata-rata 36 jam/minggu. Atau pegawai kantoran 40 jam/minggu. Jika anda tidak mengikuti kesibukan lain seperti unit kegiatan mahasiswa, organisasi, atau kerja paruh waktu, kuliah akan menjadi sangat santai. Kalau anda manfaatkan waktu dengan baik, bisa saja anda mulai investasi kegiatan produktif selama berkuliah.
  6. Berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan
    Setiap tugas akhir, proyek, atau paper yang anda kerjakan akan menjadi kontribusi di bidang ilmu pengetahuan anda. Dalam skala global, mungkin hal tersebut tidak signifikan pengaruhnya. Tapi dalam skala terbatas, anda membantu menjadikan kehidupan yang lebih baik bagi sekelompok orang melalui solusi anda.
  7. Memberi kebahagiaan bagi orangtua dan keluarga
    Wisuda merupakan momen bahagia bagi orangtua dan keluarga di Indonesia. Kadang-kadang sampai satu pleton keluarga datang menghadiri wisuda. Jika ingin membahagiakan orangtua, kuliah merupakan pilihan tepat.
Apa yang Harus Saya Lakukan?
Kalau anda telah memahami yang saya maksud, merasakan apa yang saya sampaikan, dan saat ini masih berkuliah, masih ada solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesalahan karena telah memilih berkuliah.
  1. Dapatkan Beasiswa
    Beberapa kampus memiliki peluang beasiswa yang sangat besar sehingga anda hampir pasti dapat asalkan mengajukan permohonan beasiswa. Lumayan meringankan biaya kuliah.
  2. Dapatkan pekerjaan paruh waktu
    Pekerjaan paruh waktu dapat berupa jadi pengajar bimbel, pengajar privat, pelayan restoran, penjaga kasir, atau pekerjaan lainnya yang tersedia di sekitar anda. Lumayan menambah uang bulanan.
  3. Mulai berbisnis
    Ini bukan ajakan menjadi pebisnis, tapi berbisnis dapat menjadi salah satu solusi. Tidak harus membuka restoran, toko, atau bisnis bermodal besar. Mulai dengan yang sederhana seperti mendesain grafis, menjual besi bekas, menawarkan kaos/jaket ke angkatan, menawarkan percetakan pada kegiatan kampus, atau menjadi agen tiket konser/travel. Peluang ini tersedia dimana-mana dengan modal terjangkau.
  4. Membangun reputasi baik
    Ada yang lebih baik dari membangun jaringan, membangun reputasi baik. Jaringan membuat anda dikenal orang yang anda ajak kenalan, tapi reputasi membuat anda dikenal oleh orang yang tidak pernah anda temui. Reputasi baik membantu anda mendapatkan pekerjaan (tanpa bersaing dengan lulusan sarjana lainnya), order projek, bisnis, atau mungkin pacar. Dengan begitu jadi masa kuliah bisa lebih menyenangkan.
Jadi, masih berharap kuliah untuk mendapatkan kerja? Yuk, pikir lagi.
CERITA DARI FARID AULIA TANJUNG

MEMILIH PS3 VS XBOX 360 (2013)

.

Banyak orang bingung Memilih Konsol XBOX 360 dan PS3 ya.
Saat ini Harga Xbox 360 lebih mahal dari PS3 namun masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian utama :

Keuntungan


XBOX 360
PLAYSTATION 3
Banyak game yang khusus hanya untuk Xbox 360 seperti Halo Series, Forza Motosport Series, Fable Series, Gears of War Series Selebihnya
Banyak game yang khusus hanya untuk PS 3 seperti God of War Series, Killzone Series, Grand Turismo Series, Metal Gear Solid Series, Resistance Series dan Uncharted Series Selebihnya
Bisa dibajak, bajakannya banyak pula.
Prosesornya canggih 8 core, 7 pararel, 1 seri
GPU Grafis Xbox lebih Baik dari PS3
Controller di PS3 Lebih Enak dan familiar karena hampir sama dengan generasi playstation sebelumnya
Xbox 360 mempunyai sistem JTAG dimana anda bisa main game Xbox 360 dengan leluasa tanpa khawatir region lock

Umur Hardware PS3 lebih panjang (berdasarkan survei)

Kerugian :

XBOX 360
PLAYSTATION 3
Xbox 360 Rentan penyakit yang bernama red ring of dead dimana itulah yang membuatnya gampang rusak

TV PS 3 harus HDTV Klo pake CRT gambarnya Pecah / Garis-garis
Xbox 360 Banyak gamenya yang sudah ad di PC
bagi yg punya PC pasti lebih memilih PC karena kualitasnya lebih ok bagi speknya yang tinggi
DVD PS3 harus Ori dan para hacker masih gak bisa ngehack jadi ya gak mungkin keluar bajakannya.


PERBANDINGAN GRAFIS :





Sekarang kita bahas detail Spek PS3 dan Xbox 360...



PS3 menggunakan Cell Processor 1 Core utama dgn 7 Core pembantu masing-masing 3,2 Ghz.Xbox  menggunakan Xenon 3 Core Hyper Treading dengan kecepatan sama 3,2 Ghz. VGA card PS3 menggunakan NVIDIA RSX yg setara dengan Nvidia 8800 GTS pada PC. VGA card Xbox 360 menggunakan ATI Xenos yg setara dengan ATI 2900XT PC dan ramnya PS 3 (256 *2) MB dual channel dan Xbox 360 512 MB sama-sama punya 512 MB

OK apakah kita sudah mendapatkan spesifikasi 2 console diatas. Ya saya rasa sudah namun saya butuh data lagi karena yang diatas menurutku kurang lengkap.. kita melakukan benchmarking kemampuan processor console.

OK saatnya beraksi :

CPU :

Xbox 360                                                          PS 3
3.2 GHz Xenon processor 3.2 GHz Cell processor
3 cores 6 threads 1 single-threaded cores (plus 7 backup core)
Maximum 115.2 GFLOPS Maximum 217,6 GFLOPS

Gflop = Gigaflop
 
Maksud FLOPS disini adah kemampuan satuan benchmark CPU maupun GPU lebih tinggi
lebih baik.. Saya memperoleh data FLOP PS3 dan Xbox 360 diatas dengan asumsi rumus :

PS3 :
CELL = (1 PPE * (4 FPU Flops + 8 VMX Flops) * 3.2 Ghz) + (7 SPE * 8 Flops * 3.2 Ghz)
              = (1*12)*3200 + (7*8)*3200 = 217.6 Gflops

XBOX 360 :
Xenon = 3 Cores * (4 FPU Flops + 8 VMX Flops) * 3.2 Ghz
            = 3 * (12) * 3200 = 115.2 GFlops

Kemampuan PS3 hampir 2 kali lebih cepat dari Xbox360. Xbox 360 memang 3 core namun memiliki Hypertreading sperti processor CPU pada umumnya sehingga 1 core mempunyai 2 thread yg seolah membuatnya jadi 6 core. Sedangkan PS3 sebenarnya processornya terbagi 2 bagian yaitu 1 core utama (PPE) 7 core pembantu (SPES), jadi PS3 sangat beda dan tak dapat diasumsikan dengan PC (karena tidak ada Processor PC yang Single Core tapi sudah 7 Threading). Masih bingung!!! jadi inilah cara 2 konsol tersebut bekerja...

PS3


 XBOX 360

Disini akan terlihat bahwa Xbox 360 unggul dalam artian arsitekturnya lebih mudah dipahami oleh programer developer game maka tak heran terkadang grafik Xbox 360 lebih baik dari PS3 karena itu membuat para programer lebih mudah memaksimalkan grafis

GPU :

Xbox 360                                                                    PS 3
ATI Xenos NVIDIA RSX "Reality Synthesizer"
Up to 512 MB GDDR3 RAM (shared w/ system RAM) 256 MB GDDR 3RAM (additional 224 MB can be shared w/ system RAM)
Maximum 240 GFLOPS Maximum 176 GFLOPS

Data FLOPS diatas saya mendapatkannya dari Wikipedia Xenos dan Nvdia RSX
sekarang GPU Xbox 360 Lebih unggul dari PS3.
dalam hal in dapat dsimpulkan :

CPU : Xbox 360 < PS3
GPU : Xbox 360 > PS3

Penilaian total : Xbox 360 = CPU + GPU = 115.2 + 240 = 355,2 GFLOPS
                          PS 3         = CPU + GPU = 217.6 + 176 = 393,6 GFLOPS

WINNER IS....